Breaking News
Join This Site
Legenda Mayadanawa , Sejarah Lahirnya Hari Raya Galungan

Legenda Mayadanawa , Sejarah Lahirnya Hari Raya Galungan

Baca Juga



illustrasi gambar mayadenawa

Di Bali cerita tentang Mayadenawa sudah melegenda, banyak nama tempat yang dikaitkan dengan sejarah dan mitholologis Raja Mayadenawa yang terkenal dengan raja yang lalim, ada yang menyebutkan Maya Denawa adalaha Putra Prabu Jaya Pangus dengan Dewi Danu, yang berasal dari daerah Balingkang, Kintamani.

Raja ini terkenal sangat sakti, dan kejam pemerintahannya, karena kesaktiannya wilayah kekuasaan kerajaan lainnya di luar Bali seperti Bllambangan, Bugis, Sumbawa, Makasar dan Lombok bisa ditaklukkan dan menjadi di bawah kekuasaan. Raja ini bisa berubah wujud menjadi apa saja, sehingga susah untuk ditaklukkan, pura dirusak, merasa dirinya paling sakti, rakyatnya dilarang untuk menyembah Tuhan ataupun Dewa, dilarang melakukan ritual keagamaan, rakyat sangat sedih dan sengsara pada masa tersebut, namun tidak ada yang berani melawan.

Melihat hal ini semua membuat prihatin Ida Manik Angkeran, yang kala itu menjadi pendeta agung dan bergelar Sang Kulputih, beliau melakukan tapa semedi di Pura Besakih untuk memohon petunjuk, dan akhirnya beliau mendapat pewisih dari Dewa Mahadewa untuk ke Jambudwipa (India) untuk meminta pertolongan. Pertolongan dari India dan Sorga datang dengan pimpinan dewa Indra dengan bantuan pasukan dan dewa-dewa lainnya seperti Citrasena, Citrangada, Sangjayantaka, Gandarwa dan mata-mata yaitu Bhagawan Naradha. mayadenawa menyadari hal ini dan juga mengirim mata-mata menyelidiki pasukan Dewa Indra. Maka pada saat pasukan Dewa Indra menyerang, Mayadenawa sudah siap, sehingga terjadi pertempuran hebat. Pasukan Mayadenawa terdesak dan saat matahari tenggelam, pertempuran dihentikan.

Malam harinya, Mayadenawa melakukan tipu muslihat, malam harinya menciptakan mata air beracun di dekat pasukan Bhatara Indra yang sampai sekarang dikenal dengan nama pancoran cetik. Agar tidak meninggalkan jejak Mayadenawa memiringkan telapak kakinya sehingga tempat ini dikenal dengan nama Tampaksiring. Esok harinya pasukan Bhatara Indra banyak yang sakit karena minum cetik dari air ini. Karena kesaktiannya, beliau menancapkan tombaknya sehingga menyembur air (Tirta) yang sampai sekarang bernama Tirta Empul yang digunakan untuk memerciki dan menyembuhkan kembali pasukannya, sampai sekarang tempat ini digunakan sebagai tempat melukat (mandi membersihkan diri dari segi jasmani dan rohani) olek masyarakat Bali, dan dijadikan tempat wisata sejarah bagi pelancong yang berlibur ke Bali. Pengejaran Bhatara Indra dilanjutkan, untuk menghindari pengejaran Mayadenawa merubah wujudnya menjadi ayam (Manuk Raya) dan desa tersebut bernama Manukaya, Dewa Indra dengan kesaktiannya tidak bisa dikelabui dan terus melakukan pengejaran, Mayadenawa sempat juga menjadi buah timbul, sehingga ada desa yang dinamakan desa Timbul, kemudian menjadi janur (dalam bahasa Bali busung) desanya dinamakan desa Blusung, pengejaran terus dilakukan oleh dewa Indra, Mayadenawa terus bersembunyi dan mengubah wujudnya, ada juga desa penyusuhan karena Mayadenawa mengubah wujudnya menjadi susuh (kayu dari batang kelapa), menjadi bidadari sehingga tempat tersebut dinamakan Kedewatan, dan diakhir pelariannya Mayadenawa dan patinya Si Kalawong berubah menjadi batu padas dan berhasil dipanah oleh Dewa Indra, darah mengalir membentuk sungai yang dinamakan sungai Petanu. Dan saat Mayadenawa menemui ajalnya diperingati sebagai perayaan Hari Raya Galungan, sebagai tongga kemenangan Dharma (kebajikan) melawan adharma (kebatilan).



source : Bali Tour Club
key search
  • sejarah lahirnya galungan
  • legenda mayadenawa
  • asal usul galungan dan kuningan
  • kisah mayadenawa

Silahkan Berkomentar dengan Sopan !

Emoticon