Baca Juga
barong brutuk desa trunyan - bangli @balinatha |
Barong Brutuk adalah tradisi tari langka dari desa trunyan yang sampai saat ini masih dapat kita lihat di desa unik yang terletak di bibir Danau Batur kabupaten Bangli ini.Tradisi ini sudah diwarisi turun-temurun kira-kira lebih dari 100 tahun yang lalu.Menurut warga sekitar ,ratusan tahun yang lalu hidup seorang Ratu Sakti Pancering Jagat (dia laki-laki) dengan istrinya Ratu Ayu Dalem Pingit Dasar,dan barong brutuk sendiri adalah anak buah dari sang raja dan ratu.
kira-kira sejarahnya seperti ini
Upacara Brutuk dimulai dengan penampilan para unen-unen tingkat anggota. Mereka mengelilingi tembok pura masing-masing tiga kali sambil melambaikan cemeti/pecut kepada penonton, peserta upacara. Cemetinya membuat bunyi melengking dan membangkitkan rasa takut penonton.Tak jarang ada penonton atau penduduk desa yang diperbolehkan masuk ke rumahnya ,ada juga yang bersembunyi di balik pagar-pagar sederhana dekat rumahnya karena mereka takut disambar dan kena cemeti Sang Brutuk.
"Mriki tu , mriki tuuu (kesini ratu kesini ),malih tu ,nunas tamba!!!! (sekali lagi ratu,minta obatnya) " begitulah Terkadang beberapa orang tua akan memanggil manggil si brutuk ini agar datang mendekat.
Di Desa trunyan ini ada suatu Pura yang begitu ternama yaitu Pura Pancering jagat. Bila anda mengunjungi pura ini, akan terdapat sebuah patung dengan ukuran yang besar dan cukup tinggi yang bernama Bhatara Datonta atau Bhatara Ratu Pancering Jagat. Patung Bhatara Datonta ini merupakan salah satu peninggalan pada jaman batu besar. Patung ini menggambarkan ekspresi seorang bhatara dengan ekspresi yang sangat dashyat, tangan kirinya bergantung longgar pada sisi kiri tubuhnya; tangan kanannya tertekuk di atas bahu mengarah ke belakang, posisi membawa kapak; alat vitalnya mencolok ke bawah, tetapi lembut. Tepat di bawah alat vital itu ada sebuah lubang yang menggambarkan alat kelamin wanita. Keduanya dianggap simbol vital kekuatan laki dan perempuan. Simbol ini diduga bentuk awal dari lingga dan yoni, kekuatan Dewa Siwa dan Dewi Uma dalam tradisi Hindu. Bhatara Ratu Pancering Jagat memiliki sebanyak 21 orang unen-unen dalam bentuk topeng yang dinamakan Barong Brutuk. Konon tarian sakral barong brutuk yang kita kenal saat ini berasal dari sejarah ini. Tarian barong brutuk merupakan tarian sakral yang biasa ditarikan ketika Hari Odalan di Pura Ratu Pancering Jagat. Tarian ini ditarikan oleh peari pria yang biasanya diambil dari anggota sekaa teruna.
Sekilas Barong Brutuk ini terlihat seperti Suku Pedalaman tapi sebenarnya tidak begitu,yang membedakan Barong Brutuk dengan Barong-barong lain di bali tidak lain adalah Topeng atau Tapelnya yang sangat sederhana tapi terkesan sangat tegas berbeda dengan Tapel tarian bali lain yang penuh motif dan ukiran ,yang digunakan hanyalah Daun kraras (pisang kering) untuk menghiasi tubuh sang penari dan tapel /topengnya terbuat dari janur .
Sederhana bukan ? Yang lebih membuat anda heran kenapa seni ini disebut Tarian adalah seni barong brutuk yang asli tidak menggunakan musik atau lagu pengiring ,ini tentu menandakan sangat baiknya masyarakat desa trunyan dalam menjaga tradisi-tradisinya sehingga tradisi desa trunyan seperti Barong Brutuk ini masih sangat asli dan kental,artinya tanpa pengaruh budaya modern.Tarian Brutuk ini menggambarkan konsep dikotomi dalam kehidupan masyarakat Trunyan, yaitu dua golongan masyarakat, laki-laki dan perempuan.
Daun Kraras atau daun pisang kering ini dirajut dan diikatkan di leher,pinggang ,bahu , dan hampir diseluruh tubuh si penari barong.Agar menghasilkan costum Barong Brutuk seperti diatas itu kira-kira didempul/ditumpuk dengan 3 kostum keraras yang dirajut sehingga tampak moglong nan gemuk seperti itu.
Tapi sebentar dulu ,itu belum seberapa,yang lebih membuat anda terkejut adalah pemuda/penarinya ini tidak memakai Celana Dalam ,ya anda tidak salah baca ! mereka hanya menggunakan tali pisang yang diikat sekitar alat vitalnya untuk menggantikan Celana Dalamnya.Tapi sekarang saya kurang tau,cirikhas ini apakah masih berlaku/tidak.
Weh , ini baru namanya tradisi ASLI Bali ! top deh.
Mengenai sang penari , tidak sembarang orang dapat menggunakan kostum dan menarikan tarian yg begitu sarat akan spiritual ini .Hanya Pria yang bisa menarikan tarian Barong Brutuk ini , dan itupun haruslah seorang pemuda seke truna truni atau karang taruna desa tersebut .Selain syarat sebagai penari harus seorang pemuda setempat , adalagi syarat dan beberapa persiapan yang dibutuhkan.
15 hari Sebelum menarikan tarian ini para pemuda tersebut dilarang untuk:
- Main wanita , maksud saya adalah ya begitulah (anda pasti mengerti hehe )
- Tidak merokok,minum,jauh dari obat-obatan terlarang ,dan sejenisnya.
- Dilarang Berjudi seperti Sabung Ayam (metajen) , meceki , medom ,mespirit ,dll.
Kira-kira seperti itu,tidak jauh seperti persyaratan mencari polisi bukan.
Tapi alasan mengapa hal-hal diatas itu dilarang adalah tidak lain untuk memastikan kesucian dan kebersihan calon penari dalam menarikan tarian sakral ini.
tarian barong brtuk khas desa trunyan @balinatha |
Ketika Sang Raja, Ratu dan Patih, dan kakak Sang Ratu tampil dalam pementasan, seorang pemangku berpakaian putih mendekati keempat penari itu dan langsung menyajikan sesajen, seperangkat sesaji penyambutan dan diiringi doa-doa keselamatan bagi masyarakat Trunyan. Keempat ningrat Brutuk itu juga mengelilingi pura sebanyak tiga kali, melambaikan cemeti mereka dan kemudian bergabung dengan para Brutuk yang lain.
Disaat para Brutuk yang berjumlah 19 orang ini sudah berkumpul dan mulai berkeliling -keliling di halaman dan jeroan pura sambil melambai cambuk/cemetinya keberbagai arah sambil menarikan tarian kuno yang khas (meniru gerakan binatang liar di hutan ) .
Yang perlu anda ketahui ,cara mereka melayangkan cambuknya itu benar-benar agresive dan tidak main-main tapi beberapa warga malah ada yang mendekati Si Brutuk dan mencuri daun kerarasnya,kenapa mereka bisa nekat seperti itu ? Hal itu adalah salah satu skenario dari tradisi itu sendiri.Masyarakat percaya bahwa daun keraras dari tubuh Barong Brutuk itu membawakan kesejahtraan dan berkah sementara cambuknya itu berfungsi sebagai pembawa tamba /obat .
Para Anak kecil di Desa ini juga tak mau kalah , mereka malah mengejek-ngejek ataupun memancing si Brutuk agar mendekat dan memecuti mereka ,tapi saat pecut itu dilambaikan kearah mereka ,anak-anak ini malah lari kegirangan .
Saking kuatnya kepercayaan masyarakat akan tradisinya ini , hingga malah hampir setiap orang membiarkan tubuhnya untuk dipecut ,karena memang beberapa dari masyarakat mengatakan tamba jenis ini sudah banyak terbukti.Mereka yang berhasil mencuri keraras si brutuk akan menyimpan keraras itu di rumahnya ,di pakaiannya dan tidak jarang di masukkan ke telinganya.
Si Brutuk tidak hanya menari ,melambaikan cambuk dan berkeliling saja tapi mereka juga melempar beberapa buah-buahan atau sesajen yg ia dapat ke penduduk desa ,sehingga warga akan berebut mendapat buah/sesajen tersebut karena dipercaya membawa berkah ataupun tamba(obat).
para pemuda penari Barong Brutuk |
Tarian Barong Brutuk ini berdurasi hampir seharian penuh. Pagi hari hanya di halaman Jeroan Pura, lalu setelah istiahat sejenak dilanjutkan ke areal Jaba Pura (bagian luar /areal Pura yang lebih rendah). Sore harinya dipentaskan bagaimana pria dan wanita Trunyan pada jaman dulu mencari pasangannya, yang disebut dengan acara metambak-tambakan. Barong Brutuk dengan topeng raja dan ratu menarikan tarian percintaan ini. Mereka sama -sama menari dengan aggresif-nya, hingga akhirnya merasa cocok dan menikah. Saya dijelaskan bahwa dalam kepercayaan masyarakat Trunyan, bahwa urusan mencari jodoh bukanlah hanya urusan pria saja yang harus aggresif menyeleksi dan menentukan pilihan hidupnya, namun para wanita pun layak sama aggresifnya dalam menentukan pilihannya sendiri.
Setelah membaca diatas sudah dapat dibayangkan betapa seru dan sejahtranya suasana desa trunyan tersebut.Namun sangat disayangkan,tradisi ini sempat vakum hingga satu dekade ,tapi terakhir dipentaskan yaitu pada tahun 2014 bulan oktober.
Sebenarnya tradisi ini dipentaskan 2 tahun sekali pada Ngusabha Pura Pancering Jagat yakni pada Purnama Kapat. Purnama Kapat (bulan Purnama ke-empat dalam penanggalan Bali) itu sendiri oleh penduduk diberi kode Kapat Lanang dan Kapat Wado.
Menurut Pemangku setempat selaku panitia Barong Brutuk ,penyebab vakumnya tradisi ini adalah “Dulu, ada bencana alam sekitar 7 tahun lalu. Ada pohon beringin jatuh menimpa meru di jeroan pura ini, sehingga ambruk semua. Arca di dalamnya utuh, termasuk topengnya Ratu Brutuk,”
Akhir kata , semoga Tradisi ini tetap berjalan sebagai mana mestinya dan dapat dilaksanakan 2 tahun sekali,tidak hanya Desa Trunya tapi Desa-desa lain harus tegas untuk menjaga tradisi leluhurnya .
"Nenek moyang anda menjaga mati-matian budayanya agar tetap utuh , sekarang giliran anda "
OM SHANTI,SHANTI,SHANTI OM
key search :
- Tradisi Barong Brutuk Bali
- Tradisi Unik Bali
- Barong Brutuk
- Tarian Barong Brutuk
- Tradisi Desa Trunyan
Silahkan Berkomentar dengan Sopan !
Emoticon