Breaking News
Join This Site
KEJANGGALAN-KEJANGALAN BOM BALI 1 YANG WAJIB ANDA KETAHUI !

KEJANGGALAN-KEJANGALAN BOM BALI 1 YANG WAJIB ANDA KETAHUI !

Baca Juga



kejanggalan misterius bom bali 1

Malam itu, Sabtu 12 Oktober, waktu menunjukkan pukul 23.30, sebagian besar penduduk kota Denpasar dan Kabupaten Badung mulai beranjak tidur. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara ledakan yang amat dahsyat. Ledakan itu menelan korban tewas 184 orang, 250 orang luka-luka, 47 bangunan hancur, dan ratusan mobil rusak berat. Getaran ledakannya terasa hingga 12 kilometer. Sedangkan bunyi ledakan terdengar hingga puluhan kilometer. Adapun aapnya tinggi menjulang ke awan hingga seratus meter, membentuk cendawan api raksasa yang sangat menyilaukan bahkan membutakan mata. Ledakan itu sendiri meninggalkan sebuah lubang besar berdiameter 5 x 4 meter dan kedalaman 1,5 meter. Itulah Bom Bali. Tepatnya terjadi di depan Kafe Sari Club dan Paddy’s Club, jalan Legian, Kuta, Bali.

Drama belum berakhir. Kasus Bom Bali masih menyisakan sejuta tanda tanya. Bahkan, tanda tanya itu bukannya berkurang, namun justru kian hari makin bertambah. Berbagai informasi dan analisa sangat simpang siur. Para pakar, pengamat, politisi, pejabat, dan juga aparat, mengeluarkan statemen yang saling berbeda satu sama lain. Ada nuansa keanehan dan kejanggalan di sana bagi yang mencermati kasus ini sejak awal. Ada di antara data dan informasi itu yang mengandung kebenaran (meskipun belum terbukti seratus persen), namun tak sedikit yang justru menyesatkan.

Bom Bali tidak berdiri sendiri. Ia berkaitan dan bahkan dikait-kaitkan dengan berbagai peristiwa sebelumnya. Tulisan ini hanya sekedar renungan tentang berbagai kejanggalan selama kasus ini belum terungkap; ada apa dengan Bom bali dan siapa sesungguhnya aktor intelektual di belakangnya.

Kejanggalan Pertama; Sosok Umar al-Faruq

Jauh hari sebelum Bali diguncang bom, Indonesia sempat diguncang dengan berita tertangkapnya seorang ‘teroris’ bernama Umar al-Faruq di kawasan Bogor (05/06/02) oleh dinas intelijen Amerika. Peristiwa ini sungguh merupakan suatu tamparan memalukan sekaligus menyakitkan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Baik pemerintahannya, aparatnya, maupun umat Islam. Pemerintah tentu (seharusnya) malu dikatakan sebagai negara sarang teroris. Aparat malu karena kecolongan (tetapi tidak bisa berbuat apa-apa). Dan umat Islam sakit hati karena terorisme dikait-kaitkan dengan agamanya. Media massa pun lalu simpang siur memberitakan siapa sebenarnya sosok Umar al-Faruq ini berikut bumbu-bumbunya.

Dari sosok ini saja sudah muncul banyak sekali kejanggalan. Sebutlah misalnya; cara penangkapannya yang kontroversial, ekstradisisnya ke Amerika Serikat yang sangat mudah, pemberitaan tentang kewarganegaraannya, nama sebenarnya, penahanannya di Amerika, kesulitan aparat membanya kembali ke Indonesia, pengakuannya tentang jaringan terorisme internasional di Indonesia kepada CIA dan majalah TIME, tuduhannya terhadap Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, tuduhannya terhadap TNI berada di belakang kasus Bom Bali, komentarnya bahwa bom yang meledak di Bali adalah dari jenis TNT yang nota bene milik TNI, dan sebagainya. Segala hal tentang Umar al-Faruq ini memang misterius dan mengundang tanya. Semua serba janggal.

Kejanggalan Kedua; Penutupan Kedubes dan Konjen AS

Hari-hari menjelang setahun peringatan peristiwa 11 September 2001, Amerika Serikat melakukan berbagai move (baca: teror) yang menyudutkan Indonesia. Amerika ingin mencitrakan bahwa Indonesia adalah negara yang tidak aman dan sarang teroris. Di antara tindakan Amerika yang menyakitkan, adalah ditutupnya Kantor Kedutaan Besar AS di Jakarta dan Kantor Konsulat Jendral di Surabaya (10/09/02). Tentang hal ini, Wapres Hamzah Haz mengatakan, ”Tindakan itu dapat menimbulkan citra tidak baik bagi Indonesia. Tentu kita sesalkan.” (12/10/02)

Penutupan ini sendiri, sebagaimana diakui Dubes AS untuk Indonesia, Ralph L Boyce, memang untuk menghindari terjadinya ancaman teror. ”Saya yakin ada ancaman, tetapi saya yakin aparat Indonesia dapat mengatasinya. Jadi, ancamana itu tidak akan menjadi kenyataan,” kata Boyce tanpa menjelaskan ancaman tersebut secara spesifik.

Bagaimanapun juga, pentutpan Kedubes dan Konjen AS itu tersa janggal. Pasti ada maksud-maksud tertentu di balik itu. Setidaknya, itu adalah bagian dari langkah-langkah Amerika untuk mencitrakan Indonesia sebagai negara yang tidak aman karena ada teroris di dalamnya. Terbukti, langkah Amerika tidak hanya berhenti sampai di sini, selanjutnya masih ada lagi peringatan dari Amerika kepada warganya dan orang-orang Barat agar jangan bepergian ke Yogyakarta. Kedutaan Amerika mengumumkan agar warga Maerika dan orang-orang Barat waspada, akrena daerah Yogyakarta akanmenjadi sasaran kekerasan dalam waktu dekat.

Namun, untuk menututpi kecurigaan orang Indonesia – terutama umat Islam, Ralph L Boyce melakonkan suatu peranan manis dalam rangka menarik simpati umat Islam. Dia melakukan safari kunjungan ke pondok-pondok pesantren, ke ormas-ormas Islam, dan melakukan pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh Islam. Bahkan, sebagian di antara tokoh Islam ada yang dia kirimkan ke Amerika untuk diajak berdialog. Selain tiu, dia juga mencoba meberikan statemen-statemen yang ’menyejukkan’ kaum muslimin di Indonesia. ”Front Pembela Islam (FPI), Laskar Jihad, dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) bukan termasuk dalam jaringan terorisme internasional,” adalah sebagian dari kata-kata manisnya.

Kejanggalan Ketiga; Peringatan Amerika

Sebelum tragedi memilukan ini terjadi, pada tanggal 10 Oktober 2002 Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengeluarkan peringatan kepada warganya di seluruh dunia untuk waspada. ”Para teroris akan mengalihkan sasaran pada target yang lebih empuk, termasuk fasilitas di mana orang Amerika biasa berkumpul atau berkunjung, seperti klab malam, restoran, tempat ibadah, sekolah, atau acara rekreasi di ruang terbuka.” (Republika, 14/10/02)

Benar-benar janggal, kenapa Amerika memberikan warning kepada warganya hanya dua hari menjelang Bom Bali terjadi? Menurut pengamat intelijen, AC Manullang, ”Kewaspadaan itu adalah bahasa politik. Dalam bahasa perang dan intelijen negara, waspada artinya tinggalkan.” Dengan adanya peringatan ini, bisa dimaklumi kemudian jika tak ada satu pun orang Amerika yang jadi korban (mati) di Bali. Tentu, orang-orang Amerika di Bali sudah pergi meninggalkan Bali terlebih dahulu begitu mendengar peringatan prakondisi ini dari pemerintahnya.

Yang juga patut menjadi catatan, dua hari sebelum Bali meledak, Dubes Amerika Serikat Ralph L Boyce, menemui Menkopolkam, Panglima TNI, dan Kapolri, untuk mendesak pemerintah Indonesia agar serius mengungkap pengeboman Teluk Betung dan fasilitas A di EXXon Mobil. Bukan tidak mungkin ada mata rantai antara kasus Bom Bali dengan apa yang dilakukan Amerika pada hari-hari menjelang kejadian.

Bahkan, menurut harian Taiwan News (15/10/02), pada hari Jum’at 11 Oktober 2002 – sehari sebelum kejadian, Amerika Sreikat telah memberitahu Ketua Kuomintang (parlemen Taiwan) Lee Chuan-Chio, bahwa pada tanggal 12 Oktober 2002 akan ada teror bom di Bali. Akan tetapi, pemerintah Taiwan tidak mengambil tindakan apa pun untuk menyelamatkan warganya yang berada di Bali.

Kejanggalan Keempat; Kapal AS Merapat di Bali

Beberapa hari menjelang hari H, kapal perang Amerika Serikat (AS) dan kapal perang Australia merapat di Pelabuhan Benoa, Bali. Sekadar informasi, Pelabuhan Benoa memang sering dilabuhi kapal perang asing, anmun kali ini lain dari biasanya. Saat kapal perang dari dua negara tersebut merapat, mereka langsung mensterilkan wilayah pelabuhan hingga radius 500 meter dari lokasi kapal. Pertanyaannya, mengapa mereka bisa berbuat demikian di wilayah kedaulatan Republik Indonesia? Ini hanya mungkin jika ’pemain asing’ tersebut bekerja sama dengan ’pemain domestik’.

Apa yang dilakukan kapal perang tersebut dan mengapa mensterilkan lokasinya? Mencari jawaban atas pertanyaan ini dan hubungannya dengan ledakan sangat kuat yang terjadi kemudian di Legian, Bali, bukan pekerjaan mudah. Namun, satu artikel hasil investigasi Joe Vialls -seorang pakar bahan peledak dan investigator independen Australia- agaknya mengungkapkan hubungan ini.

Dalam tulisan yang dilengkapi film berformat real-player, Vialls mengungkapkan bahwa satu-satunya cara yang dianjurkan untuk membawa bahan peledak berjenis Special Atomic Demolition Munition (SADM) -micro nuke- adalah lewat laut, bahkan lewat bawah laut. Lewat jalur inilah yang paling tinggi tingkat keamanannya. Belakangan, ketika kepolisian Indonesia menyatakan bom Bali adalah bom dari karbit, Vialls berkomentar pendek, ”Itu analisis idiot murni!”

Kembali ke persoalan kapal perang asing. Apakah itu berarti kapal tersebut tengah membawa SADM dan melakukan ’bongkar barang’ ketika merapat di Pelabuhan Benoa? Bisa jadi. Upaya sterilisasi lokasi kapal hingga radius 500 meter memperkuat analisa ini. Bukan msutahil, di sinilah terjadi perpindahan tangan, dari ’pemain asing’ ke ’pemain domestik’. (Sabili, No. 10 Th. X 28/11/02)

Kejanggalan Kelima; Jenis Bom yang Digunakan di Bali

Sampai detik ini, belum diketahui secara pasti, jenis bom apa yang dipergunakan untuk meledakkan Bali. Sebetulnya, kecenderungan masyarakat sudah menguat dan mengarah kepada satu jenis bom, yaitu C-4. C-4 inilah yang merupakan kesimpulan pertama polisi tentang jenis bom yang dipergunakan di Bali. Media massa juga ramai-ramai memberitakannya. Diberitakan pula, bahwa hanya negara-negara tertentu -terutama Amerika Serikat- yang mampu merakit dan biasa menggunakan bom ini. Namun, kesimpulan ini dibantah oleh Amerika. Bagai tersengat listrik, Amerika -melalui Dubesnya di Jakarta, Ralph L Boyce, memberikan pernyataan bahwa jenis bom yang digunakan di Bali bukan dari jenis C-4. Ralph juga menampik tuduhan keterlibatan Amerika dalam peledakan Bali. Entah kenapa, polisi kemudian mengubah hasil temuannya itu menjadi jenis bom yang lain. Dari sinilah, jenis bom Bali mulai berganti-ganti.

Selanjutnya, polisi menyatakan berhasil mengidentifikasi jenis bom tersebut. Bom itu jenid RDX. ”RDX adalah turunan dari komposisi AMX dan nitrat yang memiliki daya ledak sangat besar,” kata Kapolda Bali, Brigjen Pol. Drs. Budi Setyawan, MSc. (Media Indonesia, 17/10/02). Sementara itu, Kabahumas Polri Irjen Saleh Saaf mengatakan, berdasarkan penyelidikan Puslabfor mabes Polri, menyebutkan bahwa bom yang meledak di jalan Legian berjenis C-4 dengan unsur RDX dan TNT.

Kesimpulan tentang jenis bom terus berkembang. Dari Amerika, Umar al-Faruq ’bernyanyi’, bahwa bom yang meledak di Bali adalah dari jenis TNT. Tiba-tiba, polisi pun menyatakan bahwa bom di Bali dari jenis TNT! Kontan saja kesimpulan ini mengundang reaksi keras dari kalangan TNI. Sebab, TNI memang biasa menggunakan bahan peledak dari jenis ini. Kepala Staf TNI Angkatan darat (KSAD) Jendral Rymizard Ryacudu, menyatakn keyakinannya bahwa bom yang meledak di Bali adalah buatan luar negeri dan bukan buatan orang Indonesia.

Belakangan, polisi berkeyakinan bahwa bom yang meledak di Bali berasal dari karbit! Menurut Kapolda Jatim, Irjen Pol Heru Susanto, ”Bisa jadi bahan kimia ini (las karbit)digunakan Amrozi untuk aksi pengeboman di Bali.” Heru yakin bahwa Amrozi menggunakan bahan kimia tersebut sebagai bahan pembuatan bom Bali. Karena menurutnya, jenis bom yang meledak di Bali itu bukan jenis C-4 apalagi mengandung unsur mikronuklir. (Republika, 11/11/02)

Ada semacam nuansa dan kecenderungan, aparat berupaya mengarahkan bahwa pelakunya adalah lokal. Orang Indonesia. Maka, agar logis, dikatakanlah bahwa bom tersebut dari jenis karbit, sebab orang lokal pun bisa merakit dan meledakannya. Polisi menolak bom Bali dari jenis C-4, apalagi mengandung unsur mikronuklir. Artinya, mustahil peledakan itu dilakukan oleh Israel, Amerika, Inggris, atau Australia. Luar biasa. Bom sedahsyat itu dibilang dari karbit. Kita dibuat bingung dan tidak mengerti. (Sabili, No. 10 Th. X 28/11/02)

Kejanggalan Keenam; Kematian Saksi

Yang ini jangan dilupakan. Ketika penyelidikan kasus Bom Bali masih berlangsung, salah seorang saksi kunci bernama Kadek Alit Margarini (23 tahun) meninggal dunia dalam perjalanan di atas pesawat milik tim medis Australia. Kadek dievakuasi paksa oleh tim medis Australia dari RSUP Sanglah. Saat dirawat, ia mengaku melihat seseorang meletakkan bungkusan di Kafe Paddy’s sebelum ada ledakan. Rencananya, Kadek akan dirawat di RS Royal Darwin.

Sebab-sebab kematian Kadek belum diketahui hingga kini. Apakah karena sakit yang dideritanya atau sebab-sebab lain. Belum ada laporan resmi dari tim medis Asutralia. Menurut Ketua Tim Medis RSU Sanglah, dr. Tjakra Wibawa, pemaksaan ini dilakukan tim medis Australia dengan alasan pesawat mereka dilengkapi dengan air ambulance. Padahal saat itu tim medis Indonesia menginginkan agar kondisi korban stabil dahulu dan baru dibawa ke Australia.

Sikap Australia ini cukup aneh. Sebab tim medis Indonesia juga asnggup menangani para korban. Apalagi -sebagaimana kata Tjakra, penanganan korban dilakukan dengan melibatkan tenaga medis asing yang ahli di bidangnya. ”Kami bukan politisi, kami bekerja sesuai hati nurani untuk menyelamatkan para korban tanpa memandang dari mana dia berasal,” katanya. Mayat Kadek sendiri, diperabukan di Australia tanpa minta izin dari keluarganya.

Kini, salah seorang saksi kunci yang masih bisa diharapkan keterangannya adalah Dessy Widiawati (25 tahun), wanita WNI yang bersuamikan pria Australia, lulusan SMU Negeri 5 Jember, Jawa Timur. Saat ini ia dirawat di Rumah Sakit Concord Horpital, Sydney, Australia. Tetapi, ia tidak betah di sana dan selalu minta pulang. Namun permintaan itu tidak dikabulkan oleh tim dokter yang merawatnya. Ia menderita luka bakar. Sepanjang hari kamarnya selalu dijaga polisi Australia. (Republika 25/10/02, dan Tempo 10/11/02)


Kejanggalan Ketujuh; Hilangnya Empat Mayat Warga Australia

Kabar tentang hilangnya empat mayat warga Australia yang diduga sebagai anggota pasukan keamanan (Australia) masih terus menyelimuti RS Sanglah, Bali. Ada sesuatu yang dikhawatirkan, ada kemungkinan penyelidikan kasus Bom Bali menuju ke arah lain. Sejumlah dokter dan perawat yang yang mengurus identifikasi dan evakuasi mayat korban ledakan Bali mengungkap tentang hilangnya empat mayat itu. Empat mayat yang diangkat dari lokasi kejadian tidak masuk ke ruang penampungan jenazah RS Sanglah. “Kemungkinan langsung dibawa ke Australia,” kata salah seorang anggota tim medis.

Sujauhar, anggota Jaringan Relawan Kemanusiaan Bali (JRKB) yang menangani para jenazah, mengatakan bahwa kabar hilangnya empat jenazah tersebut benar adanya. Menurutnya, sejumlah perawat disuruh diam mengenai hal ini. Namun, Direktur RS Sanglah membantah. Ia mengaku hanya meminta perawat agar tidak memberikan informasi yang salah kepada wartawan. Bukan untuk bungkam.

Ada yang janggal di sini. Kenapa empat jenazah warga Australia tersebut sampai hilang? Padahal, proses pendataan para korban tidaklah serumit yang diperkirakan orang. Apalagi ada ahli forensik dengan peralatan canggih yang ikut terlibat dalam penanganan korban. Kalaupun toh terjadi kesalahan, kecil sekali kemungkinannya. Ada yang mengatakan, bahwa empat mayat tersebut merupakan bukti penting dalam penyelidikan atau setidaknya memiliki kaitan erat dengan kasus Bom Bali. Dengan begitu, hilangnya empat mayat itu bisa jadi disengaja untuk alasan tertentu. (Republika, 12/11/02)

Kejanggalan Kedelapan; Lahirnya Perppu Antiterorisme

Sabtu dini hari, 19 Oktober 2002, Menteri Kehakiman dan HAM Yusril Ihza Mahendra mengumumkan lahirnya Perppu Antiterorisme. Pemerintah RI mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No. 1 tentang Tindak Pidana Terorisme dan Perppu No. 2 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Perppu No. 1. Setelah itu, ramailah pro-kontra di kalangan masyarakat menanggapi kemunculan Perppu ini.

Munculnya Perppu apa pun, sebetulnya merupakan hal yang biasa. Itu adalah hak prerogatif presiden untuk mengeluarkannya. Masalahnya, kali ini materi Perppu-nya adalah tentang terorisme dan bertepatan dengan sedang gencar-gencarnya Amerika memojokkan Indonesia dengan isu terorisme. Tampaknya, Amerika sudah kehabisan cara untuk membuat Indonesia agar serius memerangi terorisme, meskipun sudah banyak peristiwa bom-bom meledak yang terjadi di berbagai tempat, Indonesia masih belum juga membuar aturan khusus tentang terorisme. Lalu, -konon katanya- direkayasalah peledakan bom di Bali yang memakan ratusan korban meninggal. Dan ampuh. Tidak berapa lama setelah itu, lahirlah Perppu Antiterorisme yang lama telah dinanti-nati oleh Amerika Serikat.

Banyak pihak -terutama kalangan Islam- menilai, ada kejanggalan di balik lahirnya Perppu Antiterorisme ini. Sebab, memang sebenarnya Perppu ini tidak perlu dibuat karena di dalam KUHP sudah terdapat pasal-pasal yang dapat digunakan untuk kasus semacam ini. Belum lagi dikhwatirkan Perppu ini nanti akan memasung HAM dan kebebasan demokrasi. Bahkan, muncul dugaan adanya intervensi (baca: tekanan) dari pihak asing -Amerika dan sejumlah negara Barat- dalam proses percepatan lahirnya Perppu tersebut. Mereka sengaja melakukan intervensi ini dengan maksud agar aktivitas gerakan Islam yang selama ini radikal dan dapat membahayakan dominasinya, segera menjadi loyo, jinak, dan gampang diatur.

Satu hal yang sulit dipungkiri tentang tudingan adanya tekanan asing dalam proses kelahiran Perppu Antiterorisme adalah tindakan kepolisian yang hendak menahan Abu Bakar Ba’asyir dalam waktu yang hampir bersamaan. Sebagaimana dimaklumi, beberapa saat setelah diberlakukannya Perppu ini, tiba-tiba Abu Bakar Ba’asyir menerima surat penahanan dari pihak kepolisian, bernomor SpHan/22/X/2002/pidum. (Forum Keadilan, 29-03/11/02)

Dan yang tak kalah janggal; Perppu Antiterorisme ini sama sekali tidak membahas definisi terorisme itu sendiri. Bagaimana mungkin, definisi terorisme tidak ada, tetapi perlakuan hukumnya ada? Terorisme yang seperti apa yang dimaksud dalam Perppu ini? “Kita tidak membuat definisinya karena akan sia-sia,” kata Yusril beberapa hari sebelum tragedi Bom Bali terjadi, usai rapat konsultasi pemerintah dan pimpinan DPR. (Media Indonesia, 08/10/02)

Kejanggalan Kesembilan; Kenapa Mesti al-Qaidah?

Menhan Matori Abdul Djalil tak perlu membutuhkan waktu cukup lama untuk menebak siapa pelaku di belakang peristia Bom Bali. “Itu adalah al-Qaidah. Jaringan al-Qaidah yang ada di Indonesia,” katanya enteng.
Apa yang dikatakan Matori ini sama persis dengan sikap Amerika Serikat dan Barat (termasuk Australia) yang langsung menuduh al-Qaidah berada di balik peristiwa peledakan Bali. Mereka menuduh bahwa di Indonesia terdapat jaringan terorisme internasional. Dan -masih menurut perspektif mereka, Abu Bakar Ba’asyir adalah pentolan kelompok teroris ini.

Baik Matori, Amerika, Australia, maupun Barat, semuanya tidak mau tahu dengan fakta-fakta dan bukti di lapangan. Padahal, ada petunjuk-petunjuk yang mengarahkan vahwa pelakunya adalah profesional. Bukan al-Qaidah. Dilihat dari jenis bom yang dipergunakan, ataupun fakta-fakta tentang hilir-mudiknya kapal dan intel asing di Bali, semestinya hal ini bisa dijadikan sebagai petunjuk untuk mengarahkan kepada pelaku sesungguhnya. Selain itu, tidak ada satu pun bukti yang menunjukkan bahwa itu adalah perbuatan al-Qaidah.

Dua hal yang perlu dicermati. Pertama; Amerika ingin memaksakan opini kepada dunia tentang keberadaan teroris di Indonesia dengan berbagai cara. Termasuk dengan adanya peristiwa Bom Bali ini. Amerika ingin memberikan imej buruk, bahwa Indonesia adalah sarang teroris. Dan kedua; Amerika ingin membuat opini tentang keberadaan al-Qaidah, seolah-olah al-Qaidah memang benar-benar ada. Padahal, sebenarnya tidak pernah ada organisasi bernama al-Qaidah. Usamah bin Ladin sama sekali tidak pernah menamakan kelompoknya sebagai al-Qaidah. Al-Qaidah adalah murni penamaan dari Amerika Serikat. Setelah dengan seenaknya memberikan nama al-Qaidah kepada kelompok Usamah bin Ladin, dengan semena-mena kemudian Amerika memberikan label teroris kepada al-Qaidah. Pertanyaannya; kalau al-Qaidah adalah teroris, lalu Israel itu apa? Mbahnya teroris??!

Ada hal yang menjadi tanda tanya dalam hal ini. Menurut Ketua Tim Koordinasi Penyidikan Kasus Bom di Bali, Irjen Pol I Made Mangku Pastika, “Berdasarkan bukti-bukti yang didapat di tempat kejadian, seperti sempurnanya rencana peledakan bom dan banyaknya korban yang tewas, tidak ada yang mampu melakukan tindakan tidak berperikemanusiaan itu selain al-Qaidah dan Jamaah Islamiyah (JI).” Masih menurut Made, bahwa dari hasil penyelidikan, terdapat empat kelompok yang dicurigai, yaitu; al-Qaidah, JI, kelompok persaingan bisnis, dan gembong narkoba. (Media Indonesia, 28/10/02)

Aneh. Kenapa hanya empat kelompok ini yang dicurigai? Kenapa kesimpulan Made berbeda jauh dengan pendapat para pakar yang mensinyalir adanya peran CIA (AS), FAOG (AS), Mossad (Israel), MI-6 (Inggris), dan ASIG (Australia), termasuk juga peran siluman intelijen dalam negeri? Memangnya yang bisa melakukan tindak tidak berperikemanusiaan hanya al-Qaidah dan JI? Ah, yang bener aja, Pak…

Kejanggalan Kesepuluh; Senyum Amrozi bersama Kapolri

Hasil gambar untuk misteri bom bali

Suatu pemandangan yang amat sangat langka, bahkan mungkin belum pernah terjadi dalam sejarah per-“polisi”-an Indonesia, seorang Kapolri menemui tahanan! Sungguh hebat Amrozi. Entah bagaimana dan karena apa dia bisa mendapatkan ‘anugerah’ seperti itu. Kapolri bukan sekadar menemuinya, tetapi juga sempat beberapa saat mengadakan ‘wawancara eksklusif’ dengannya. Yang lebih heboh lagi, Kapolri menyempatkan diri terbang dari Jakarta menuju Bali untuk berjumpa dengan Amrozi Sekali lagi; dari Jakarta ke Bali! Wajar, jika kemudian Rakyat Merdeka -salah satu surat kabar harian ibu kota paling sensasional (15/11/02)- mengusulkan pemberian penghargaan jurnalistik untuk Kapolri. Karena, dia dianggap berjasa telah mewakili para wartawan untuk mewawancarai Amrozi.

Juga dapat dimaklumi, jika Menlu Australia marah-marah dan mengkritik Kapolri yang bersedia menemui Amrozi. Apalagi jelas-jelas terlihat di layar kaca, bagaimana ‘pertemuan’ itu berlangsung hangat dan penuh ‘canda ria’. Mungkin saking jengkelnya dikarenakan kejanggalan ‘peristiwa bersejarah’ itu, PM Australia pun menelpon Presiden Megawati, menyesalkan dan mempertanyakan adanya pertemuan itu.

Sungguh aneh dan mengundang tanya, kenapa sampai Kapolri datang menemui Amrozi? Siapakah Amrozi sebenarnya? Sedangkan Habib Rizieq Shihab (Ketua Umum Front Pembela Islam – FPI) saja yang ditahan Polda Metro Jaya selama 21 hari, sama sekali tidak pernah bertemu (apalagi ditemui) Kapolda Irjen Makbul Padmanegara. Demikian pula dengan Abu Bakar Ba’asyir, meskipun berkali-kali berurusan dengan aparat kepolisian, sama sekali beliau belum pernah ditemui oleh Kapolri. Ditemui Kapolda (baik Kapolda Jateng ataupun Kapolda Metro Jaya) pun juga belum pernah. Padahal siapa pun tahu siapa beliau. Beliaulah figur sentral tokoh Islam yang sedang ramai dibicarakan akhir-akhir ini.

Ja’far Umar Thalib juga sama sekali belum pernah ditemui Kapolri selama berada di tahanan Polda. Dibandingkan Amrozi, jelas Ja’far jauh lebih berbobot dan berpengaruh, baik dari segi keilmuan ataupun penguasaan massa. Namun demikian, Kapolri merasa tidak perlu menemuinya. Meskipun Wapres Hamzah Haz datang menjenguknya.

Bahkan, orang sekaliber Tommy Soeharto pun ternyata kelasnya masih berada di bawah Amrozi. Tommy yang waktu itu menjadi tahanan Polda Metro, hanya ditemui oleh Kapolda Sofyan Jacob. Tidak sampai Kapolri. Sekalipun pertemuannya dengan Kapolda terlihat sangat akrab.

***

Di atas hanyalah sebagian dari kejanggalan-kejanggalan yang terasa. Masih ada dan bahkan banyak lagi kejanggalan-kejanggalan lain yang mengundang tanya. Sebutlah misalnya penetapan nama Jamaah Islamiyah (JI) oleh PBB sebagai organisasi teroris, padahal tidak ada organisasi yang bernama Jamaah Islamiyah di Indonesia. Yang ada hanya Islam Jamaah. (Kalau Islam Jamaah yang ini, silahkan saja kalau mau dibubarkan. Karena berdasarkan fatwa MUI dan SK Jaksa Agung (08/D.A/10.1971), organisasi ini (sekarang berganti nama LDII – Lembaga Dakwah Islam Indonesia) adalah gerakan sesat dan menyesatkan serta secara resmi dilarang di seluruh Indonesia).

Kemudian tentang pemberian bantuan Amerika Serikat kepada Indonesia dua bulan sebelum terjadinya Bom Bali sebesar 50 juta dolar untuk memerangi terorisme. Itu pun baru babak pertama. Masih ada bonus tambahan lagi jika Indonesia sungguh-sungguh dan serius dalam menangani terorisme di tanah air.

Kesimpang-siuran pelaku peledakan Bom Bali. Semuanya serba tidak jelas. Tidak mungkin orang sekelas Amrozi dan semacamnya sanggup merakit bom berkekuatan sedahsyat bom di Bali. Belum lagi kekeliruan polisi ketika menangkap tersangka pelaku, namun ternyata orang tersebut adalah orang yang tidak waras Aneh. Kenapa orang waras tidak bisa membedakan antara orang gila dan tidak gila.

Penahanan, penangkapan, dan penetapan Ba’asyir sebagai tersangka dengan tuduhan yang serba tidak jelas, tidak masuk akal, dan tidak terbukti, juga turut mengundang seribu pertanyaan. Janggal.

Ada lagi tentang surat Presiden Filipina Gloria Arroyo Macapagal yang penuh dengan nuansa kebencian dan permusuhan terhadap agama dan umat Islam, rapat intelijen lokal sebelum terjadinya peristiwa Bom Bali, film propaganda Amerika tentang kedamaian hidup umat Islam di sana, padahal realitanya adalah seratus delapan puluh derajat berbeda dari yang ada dalam film dusta tersebut, dan lain sebagainya.

Kejanggalan-kejanggalan di seputar kasus Bom Bali dan terorisme ini memang banyak. Bahkan terkadang sulit dicerna akal sehat.

Sumber: ZA Maulani dkk, “Terorisme dan Konspirasi Anti Islam”, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. kesatu, 2002, hal 177-191

Silahkan Berkomentar dengan Sopan !

Emoticon