Baca Juga
barong landung jayapangus dan kang cing wei |
Raja Jayapangus diwujudkan dalam Barong Landung visualisasi boneka besar hitam dengan gigi ronggoh, sedangkan Kang Cing Wei berupa boneka cantik tinggi langsing bermata sipit dan selalu tersenyum berkarakter gadis China.
Raja Jaya Pangus yang bertahta di Pejeng yang tidak diketahui di Bali pada jaman paparaton dari dinasti Warmadewa, didampingi oleh seorang Bhagawan yang sakti dan bijaksana bernama Empu Siwagana. Perkawinan Raja Jaya Pangus dengan Putri Cina sudah terjadi tetapi Sang Hyang Bhagawanta tidak merestui perkawinan itu. karena baginda raja beragama Hindu sedangkan Kang Cing We beragama Buddha. Namum, nasehat Sang Dwija tidak diindahkan oleh baginda raja. Marahlah baginda raja kepada Bhagawantanya, oleh karena demikian Mpu Siwa Gandu tidak lagi menjadi penasehat di kerajaan Panarajon. Segeralah baginda melangsungkan upacara pernikahan, yang disaksikan oleh para rohaniawan dari agama Hindu maupun agama Buddha, para pejabat seperti sangpamegat, para pejabat desa, dan para karaman. Setelah beberapa lama upacara pernikahan berlalu, I Subandar mempersembahkan dua keping uang kepeng atau pis bolong untuk bekal putrinya mengabdi kepada baginda raja. Selanjutnya dikemudian hari agar baginda raja menganugrahkan dua keping uang kepeng atau pis bolongtersebut kepada rakyat beliau yang ada di seluruh pulau Bali. Sebagai sarana upacarayajña atau kurban sampai dikemudian hari.
Bedasarkan kesepakatan Sri Haji Jayapangus dengan Kang Cing We teersebut, marahlah Mpu Siwa Gandhu terhadap sikap baginda raja. Beliau Mpu Śiwa Gandhu melaksanakan tapa brata memohon anugerah kepada para dewa agar terjadi angin ribut dan hujan lebat selama satu bulan tujuh hari. Karena memang benar-benar khusuk Mpu Siwa Gandhu melaksanakan tapa brata, maka benarlah terjadi angin puting beliung dan hujan lebat. Musnahlah keraton Sri Haji Jayapangus di Panarajon. Beliau Sri Haji Jayapangus diiringi oleh sisa-sisa abdinya mengungsi ke tengah hutan, yakni ke wilayah Desa Jong Les. Di sana beliau dengan cepat merabas semak belukar dan hutan lebat, juga dilengkapi dengan upacara dan upakara yajña.
pura dalam balingkang yg mirip pagoda akulturasi budaya tiongkok - kintamani |
Setelah beberapa lama hidup bersama tapi tidak juga dikaruniai keturunan, raja pun pergi ke Gunung Batur, memohon kepada dewa di sana agar dianugerahi anak. Namun celakanya, dalam perjalanannya ia bertemu dengan Dewi Danu yang jelita.Jaya Prana yg sebelumnya bertujuan untuk pergi ke puncak gunung batur mulai berpikir akan masa depannya , karena ia menginginkan seorang anak untuk mewarisi kekuasaan dan warisannya yg begitu banyak .
Singkat cerita, Raja pun terpikat, kawin, dan melahirkan seorang anak lelaki yang menjadi pelambang adharma dan sangat tersohor hingga kini yaitu Maya Danawa.
Sementara itu, Kang Cing Wei yang lama menunggu suaminya pulang, mulai gelisah, Ia bertekad menyusul ke Gunung Batur. Namun di sana, di tengah hutan belantara yang menawan, iapun terkejut manakala menemukan suaminya telah menjadi milik Dewi Danu. Ketiganya lalu terlibat pertengkaran sengit.
Dewi Danu dengan marah berapi-api menuduh sang raja telah membohongi dirinya dengan mengaku sebelumnya sebagai perjaka. Dengan kekuatan gaibnya, Dalem Balingkang dan Kang Cing Wei dilenyapkan dari muka bumi ini. Oleh rakyat yang mencintainya, kedua suami istri “Dalem Balingkang dan Kang Cing Wei” itu lalu dibuatkan patung yang dikenal dengan nama Stasura dan Bhati Mandul. Patung inilah kemudian berkembang menjadi Barong Landung.
Source: BERBAGAI SUMBER
key search :
- Kisah barong landung
- legenda jaya pangus
- kisah jaya pangus dan barong landung
- legenda barong landung
Silahkan Berkomentar dengan Sopan !
Emoticon