Breaking News
Join This Site
Putusnya Pulau Jawa dan Bali

Putusnya Pulau Jawa dan Bali

Baca Juga

Ilustrasi Naga Basukih @Balinatha.com
Ilustrasi Naga Basukih @Balinatha.com

Kebanyakan orang-orang menduga bahwa pulau Bali dengan pulau Jawa asal mulanya menjadi satu daratan. Akan tetapi kapan putusnya kedua pulau itu? ,sehingga sekarang terdapat Selat Bali, para ahli tiada dapat menentukannya. 
Kisah perjalanannya rombongan Markandeya ketika melakukan perpindahan dari Jawa ke Bali, sama sekali tiada menyebutkan tentang perjalanan mereka itu mempergunakan alat-alat pengangkutan dilaut untuk menyeberang. Hal itu mempertebal kepercayaan orang-orang, bahwa kedua pulau itu bekas menjadi satu daratan, sehingga memungkinkan orang-orang Bali Aga itu berjalan kaki menuju ketempat tanah-tanah yang dibukanya itu.

Menurut uraian sebuah kitab bernama “ Usana Bali ” ,bahwa putusnya pulau Jawa dengan pulau Bali, adalah disebabkan oleh kesaktian seorang Pandita bernama Mpu Sidhimantra. Pandita itu bertempat tinggal di Jawa Timur, kersahabat karib dengan seekor ular besar yang bernama “Naga Basukih" ,Naga itu berliang di desa Besakih yang terletak dikaki Gunung  Agung dan merupakan sebuah goa  besar yang dianggap suci. Karena persahabatan itu  Mpu Sidhimantra tiap-tiap bulan purnama raya, selalu datang ke Besakih mendatangi Naga Basukih dengan membawa madu, susu dan mentega, untuk sahabatnya itu.

Mpu Sidhimantra mempunyai seorang anak laki-laki bernama Ida Manik Angkeran. Anaknya itu gemar berjudi, tidak perrnah menghiraukan nasehat ayahnya. Ida Manik Angkeran Sering kalah dalam perjudian. Pada suatu ketika menjelang bulan purnama raya, Mpu Sidhimantra kebetulan sakit, tidak sanggup menjenguk atau menengok sahabatnya pergi ke Bali. Kesempatan itu dipergunakan oleh Ida Manik Angkeran untuk memuaskan nafsunya mencari  modal untuk berjudi. Sebuah Bajra kepunyaan ayahnya lalu diambilnya dengan diam-diam tanpa ijin orang tuanya ,ia lalu pergi ke Bali menemui Naga Basukih sahabat ayahnya itu. Sampai disana ia lalu duduk bersila sambil membunyikan Bajra yang dibawanya itu sehingga Naga Basukih keluar dari liangnya.

Ilustrasi Naga Basukih @Balinatha.com
Ilustrasi Manik Angkeran

Naga Basukih Bertanya alasan Ida Manik Angkeran membunyikan 
Bajra itu, Ida Manik Angkeran lalu menerangkan, bahwa ayahnya masih sakit oleh karena itu ia menjadi wakilnya membawa pasuguh berupa madu, susu dan mentega, yang biasa dihidangkan oleh ayahnya tiap-tiap bulan. Pemberian Ida Manik Angkeran itu diterima oleh Naga Basukih dengan senang hati, kemudian ditanyakan kepadanya, apa yang dikehendakinya untuk bekalnya pulang kembali ke Jawa. Ida Manik Angkeran menjawab, bahwa ia tiada minta apa-apa, seraya dipersilakannya Naga Basukih supaya masuk kegoanya, sebelum ia mohon diri. Naga Basukih lalu masuk kegoanya, sedangkan ekornya yang begitu panjang  sebagian masih berada diluar. Ida Manik Angkeran kagum melihat sebuah batu permata besar yang melekat pada ujung ekor NagaBasukih itu, sehingga menimbulkan hasratnya  hendak mengambil  batu permata yang tiada ternilai harganya itu. Terpikir olehnya, bahwa batu permata itu cukup nanti dipakainya berjudi seumur hidup. Sejenak berpikir demikian, ekor Naga Basukih itu lalu dipenggalnya batu permata itu lalu dibawanya lari.

Ilustrasi Naga Basukih @Balinatha.com
Ilustrasi Ekor Naga Basukih Putus

Akan tetapi baru ia sampai dihutan  “Camara Geseng”  tiba-tiba ia mati hangus terbakar, karena bekas jejak kakinya dapat dilihat oleh Naga Basukih yang sedang marah. Mpu Sidhimantra cemas mengenangkan  nasib  anaknya sudah lama tidak pulang-pulang, sedangkan Bajra pusakanya telah hilang. Ia lalu pergi menemui Naga Basukih kemudian menanyakan keadaan anaknya yang sudah lama tidak pernah pulang. Naga Basukih lalu menerangkan kepada sahabatnya itu, bahwa Ida Manik Angkeran sudah mati lantaran keberaniannya memenggal ekornya yang berisi batu permata. Mpu Sidhimantra menyesali perbuatan anaknya itu, ia memohon kepada sahabatnya itu supaya dosa anaknya itu diampuninya. Ia berjanji kepada sahabatnya itu, apabila anaknya itu dapat dihidupkan kembali, biarlah Ida Manik Angkeran selama hidupnya tinggal di Bali untuk mengabdi di Pura Besakih sebagai  “Pemangku”. Permintaan Mpu Sidhimantra kabulkan, Kemudian Ida Manik Angkeran lalu hidup kembali berkat kesaktian Naga Basukih itu.

Maka semenjak itulah Ida Manik Angkeran disuruh oleh ayahnya supaya bertempat tinggal di Bali, tidak dibolehkan lagi pulang ke Jawa. Mpu Sidhimantra pulang kembali ke Jawa setelah anaknya hidup lagi sebagai sediakala. Maka untuk mencegah kemungkinan  anaknya itu  akan menyusul perjalanannya ,lalu digoreskanlah tongkatnya diperbatasan jawa dan balisehingga daratan pulau Bali dengan pulau Jawa menjadi putus  karenanya. Demikianlah cerita asal mulanya Selat Bali yang disebut  “SEGARA RUPEK” . Kisah tadi merupakan sebuah penjelesan terpisahnya Pulau Bali dan Jawa, meski termasuk sebuah kisah takhayul ataupun dongeng akan tetapi kenyataannya adalah Keturunan Ida Manik Angkeran itu disebut  “Ngurah Sidemen”  ternyata sampai kini berkewajiban menjadi  “Pemangku”  di Pura Besakih.

Silahkan Berkomentar dengan Sopan !

Emoticon