Breaking News
Join This Site
Setra Gandamayu , Setra Paling Angker

Setra Gandamayu , Setra Paling Angker

Baca Juga


Ilustrasi Setra Gandamayu @Balinatha.com
Ilustrasi Setra Gandamayu @Balinatha.com

Setra Gandamayu berasal dari Bahasa Sanksekerta yaitu Setra artinya kuburan , Ganda Berarti Harum dan Mayu berarti Mayat
Jadi Setra Ganda Mayu artinya sebuah tempat di mana mayat (jenazah) manusia diperlakukan sedemikian rupa dan ditempat inilah mayat-mayat dimuliakan atau diperlakukan dengan menghormatinya sehingga roh dari mayat-mayat tersebut akhirnya memperoleh keharuman (kebahagiaan) di alam sana.

Menurut mitos yang beredar saat ini Setra Gandamayu belum diketahui keberadaanya dan setra gandamayu dijaga oleh raksasa yang bernama Sang Khalikamaya. Sang Khalikamaya merupakan murid dari Dewi Durga yang paling sakti dan Tugas dari sang khalikamaya ini adalah untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan Setra Gandamayu.

Ilustrasi Sang Khalikamaya @balinatha.com
Selain itu Sang Khalikamaya berhak menghukum manusia-manusia yang beryadnya secara tidak tulus ikhlas. Seperti di Jaman Kali Yuga saat ini banyak manusia yang hanya mementingkan harta (Kekayaan) semata tetapi lupa beryadnya. dari berbagai sumber yang ada di internet disebutkan bahwa di setra gandamayu merupakan tempat Perang Raja Airlangga bersama Pasukan Khusus Balayuda Kediri dalam menghadapi Calonarang dan pasukan leaknya , Berikut ini adalah kisahnya :


Pertempuran Penguasa Ilmu Hitam dengan Penguasa Ilmu Putih di Setra GandaMayu

Dalam perang besar ini Raja Airlangga mengikutkan Pasukan Khusus Balayuda Kediri dalam menghadapi Calonarang dan pasukan leaknya. Para Pasukan Balayuda Kediri yang terpilih sebanyak dua ratus orang yang dipimpin oleh Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal. Semua pasukan ini akan mengawal dan membantu Mpu Bharadah dalam menumpas kejahatan yang dilakukan oleh Calonarang dan antek-anteknya.

Segala sesuatu perlengkapan segera dipersiapkan seperti senjata tajam berupa tombak, keris, klewang, dan lain-lain. Demikian pula dengan berbagai sarana pelindung badan yang gaib sebagai sarana penolak atau penempur leak, sarana kekebalan, semuanya diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia. Yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan mengenai perbekalan makanan dan minuman yang diperlukan selama penyerangan

Ketika semua persiapan dianggap rampung, maka mereka pun istirahat agar tenaga cukup kuat untuk penyerangan besok. Keesokan harinya perjalanan penyerangan dilakukan, pasukan khusus atau pasukan pilihan dari Kediri yang disebut dengan Pasukan Balayuda dalam penyerangan tersebut mengawal Mpu Bharadah. Sedangkan di depan sebagai pemimpin pasukan dipercayakan kepada Ki Kebo Wirang didampingi Ki Lembu Tal.

Akhirnya rombongan Mpu Bharadah dan pasukan Kediri sampai di pesisir selatan Desa Lembah Wilis. Di sana rombongan tersebut berhenti sejenak untuk beristirahat dalam persiapan untuk menuju ke Desa Girah. Semua pasukan kemudian menuju Setra Ganda Mayu yang berada di Wilayah Desa Girah.

Diceritakan kemudian Ibu Calonarang dirumahnya diiringi oleh para sisyanya semua melakukan penyucian diri dan mengayat atau memuja kehadapan Ida Betari mohon anugrah kesaktian. Mereka memusatkan pikiran dan memanunggalkan bayu atau tenaga, sabda atau suara, dan idep atau pikiran, memuja Ida Betari bersarana sekar manca warna atau bunga warna-warni, dengan disertai asep menyan majegau atau wangi-wangian yang dibakar yang asapnya membubung ke angkasa, seolah-olah menyampaikan niat Ibu Calonarang kehadapan Ida Betari.

Semua pekakas dan sarana pengleakan diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia, dan masing-masing menggunakannya. Di hadapan mereka juga digelar tetandingan jangkep atau sarana sesajen lengkap sesuai dengan keperluan. Calonarang kemudian mulai memejamkan mata dan memusatkan pikiran. Ia tampak berkomat-kamit mengucapkan mantra sakti memohon anugrah kesaktian dan kesidian kehadapan Hyang Maha Wisesa, dengan harapan Mpu Bharadah dan Balayuda Kediri dapat dikalahkan.

Setelah beberapa saat melakukan konsentrasi, maka sampailah pada puncaknya. Raja pengiwa pun telah dibangkitkan dan merasuk ke dalam sukma. Kedigjayaan atau kewisesan telah turun dan masuk ke dalam jiwa raga. Calonarang kemudian bangkit dan berkata kepada semua sisyanya “para sisyaku semuanya, permohonan kita kehadapan Hyang Betari telah terkabulkan dan telah mencapai puncaknya.

Kesaktian telah kita bangkitkan semuanya, dan telah merasuk ke dalam jiwa dan raga. Kini saatnya kita bertarung menghadapi Mpu Bharadah dan Balayuda Kediri. Kita akan pertahankan harga diri kita. Mampuskan semua orang-orang Kediri yang datang ke sini menyerang. Demikian perintah Calonarang kepada seluruh sisyanya. Suaranya ketika itu telah berubah menjadi besar dan menggema, dan bukan merupakan suaranya yang biasa. Kemudian Calonarangpun tertawa ngakak, dan terdengar menakutkan.


Semua sisya Calonarang telah nyuti rupa atau berubah wujud dan siap menyerang. Ada wujud bojog atau monyet yang siap menggigit, ada kambing siap nyenggot atau menanduk, ada sapi dan kuda yang siap ngajet atau menendang, ada kain kasa atau kain putih panjang yang siap menggulung dan membakar, ada bade atau menara pengusungan mayat yang siap membakar, ada babi bertaring panjang yang siap ngelumbih atau membanting dengan kepala, ada awak belig atau badan licin yang mukanya seperti umah tabuan atau sarang tawon.

Ada pula api bergulung-gulung yang siap membakar siapa saja yang menghadang. Semua pasukan leak kemudian keluar dari rumah Calonarang dalam rupa bola api beterbangan, kemudian menuju ke Setra Ganda Mayu tempat perjanjian pertempuran dengan Mpu Bharadah dan pasukan Balayuda Kediri.


Melihat pasukan leak dengan beraneka rupa datang, pasukan Kediri menjadi kaget dan was-was dan ada yang ketakutan. Semuanya bersiap-siap dan merapatkan diri. Demikian pula dengan Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal, mereka berdua sangat waspada serta selalu berada di dekat Mpu Bharadah untuk mengawalnya.

Mpu Bharadah tidak sedikitpun gentar melihat kawanan leak tersebut, bahkan semangat untuk bertempur semakin membara. Sambil juga Mpu Bharadah mengucap mantra sakti Pasupati. Dilengkapi pula dengan sarana sesikepan, sesabukan, rerajahan kain, dan pripian tembaga wasa atau lempengan tembaga. Sangat ampuh mantra sakti Pasupati tersebut. Mpu Bharadah membawa pusaka sakti berupa sebuah keris yang bernama Kris Jaga Satru.


Dari Postingan diatas dapat kita simpulkan bahwa "Di setra menjadi salah satu tempat, di mana para keluarga dari orang yang meninggal dunia mendoakan roh atman orang tersebut supaya mendapat tempat di alam yang terang"

Sumber : Info seputar bali,Logku

Silahkan Berkomentar dengan Sopan !

Emoticon