Breaking News
Join This Site
Kisah Raja Karangasem ,Penakluk Kerajaan-kerajaan di Lombok

Kisah Raja Karangasem ,Penakluk Kerajaan-kerajaan di Lombok

Baca Juga

Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Gusti Bagus Djilantik Stedehouder van Karangasem met twee van zijn echtgenotes TMnr 10018716.jpg
I Gst.Ngr. Anglurah ketut bersama istrinya @balinatha

Anugerah Ida Bhatara Alit Sakti

Sejarah kerajaan Karangasem-Bali tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Karangasem-Lombok. Membicarakan riwayat kerajaan Karangasem-Bali sampai jatuh ke tangan Pemerintah Hindia-Belanda ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kerajaan-kerajaan Karangasem-Lombok. Penguasa kerajaan-kerajaan Karangasem-Lombok adalah putera-putera dari kerajaan Karangasem-Bali.
Keberhasilan kerajaan Karangasem menaklukkan Lombok tidak lepas dari lahirnya seorang bayi yang menjadi dewa, bernama Ida Bhatara Alit Sakti, beristhana di Pura Bukit (sekitar 11 km ke Timur dari Amlapura). Laskar karangasem dipimpin oleh I Gusti Anglurah Ketut Karangasem (salah seorang dari Tri Tunggal I). sebelum berangkat ke Lombok ia tangkil minta restu ke Pura Bukit, pada Ida Bhatara Alit Sakti, yang tidak lain adalah kemenakannya sendiri.
Laskar Karangasem berangkat pada pagi hari dengan 4 (empat) perahu pada tahun 1692 M, dari Pantai Jasri. Perahu yang lain dari desa Seraya lengkap dengan persenjataan, dipimpin oleh Ki Bendesa Seraya. Seluruh anggota rombongan merasa heran karena angkasa dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu kuning yang mengantar mereka. Kupu-kupu kuning ini, diyakini sebagai anugerah dari Ida Bhatara Alit Sakti dari Pura Bukit, menunjukkan jalan dan arah tujuan laskar Karangasem ini.
Turut serta dalam rombongan ini beberapa orang kepercayaan antara lain adalah Pedanda Siwa bernama Ida Pedanda Gde Wayahan Sebali dari Geriya Pendem, yang menurunkan parati sentana di Geriya Pegesangan, Lombok. Turut juga dalam rombongan Dane Poleng, menurunkan parati sentana di Tragtag, Lombok Barat. Selama perjalanan berlayar mengarungi selat Lombok, mereka mengeluarkan bhisama, bahwa diantara mereka dalam rombongan tersebut tidak saling melupakan sampai seterusnya pada keturunan selanjutnya.
Rombongan pertama kali sampai di Tanjung Rubeh, kemudian berbelok meneruskan perjalanan hingga berlabih di Pantai Pasoan Padang Rea, Lombok-Barat. Saat akan berlabuh rombongan kemudian melishat laskar penuh sesak berjejal susuk bersila menanti. Orang banyak duduk bersila ini kemudian lenyap dari pandangan mata bersamaan lenyapnya kupu-kupu kuning. Rombongan yakin mereka i tu tidak lain adalah bala samar yang siap tempur.

Kerajaan Seleparang dan Pejanggi Ditaklukkan

Setiba di tanah Lombok, I Gusti Anglurah Ketut Karangasem (yang dijuluki juga I Gusti Anglurah Ketut Seleparang) mengadakan pertemuan dengan Arya Banjar Getas, untuk mengatur strategi penyerangan. Arya Banjar Getas tidak lain adalah seorang pembesar di kerajaan Seleparang, yang terkena fitnah sehingga dimusuhi Raja (Datuk) Seleparang. Ia membantu laskar Karangasem untuk membalas dendam. Tempat pertemuan kedua belah pihak kemudian disebut desa Pagutan (dari asal kata pagut yan berarti ‘berikrar bersama adanya suatu kehendak’).
Laskar Karangasem mula-mula menuju ke sebuah gunung memohon restu dan keselamatan. Gunung tersebut kemudian disebut Gunung Pangsung (yang berasal dari kata pang asung, artinya ‘agar diberkahi’). Sekarang tempat ini disebut gunung Pengsong. Pemimpin laskar I Gusti Anglurah Ketut Agung membuat peraturan makan bersama untuk anggota laskarnya. Dari sinilah mula-mula adanya tradisi magibung.
Sesuai rencana, mula-mula laskar Karangasem menggempur Kerajaan Pejanggi. Perang ini berlangsung 111 hari memakan korban sebanyak 81 orang dari pegkit pihak Arya Banjar Getas. Laskar Karangasem meneruskan menyerang kerajaan parwa, dalam beberapa hari saja. Penyerangan diteruskan ke kerajaan yang paling besar, yakni Seleparang. Penyerangan dilakukan pada malam hari, berlangsung selama 117 hari. Atas kemanangan ini laskar Karangasem merayakan pesta kemenangan. Di sinilah tercipta cakepung, yang berasal dari kata jag kepung, artinya ‘kejar terus’.
Setelah berahasil meraih kemenangan pada tahun 1692 M, I Gusti Anglurah Ketut Karangasem dan Arya Banjar getas membagi wilayah Lombok. Lombok Timur menjadi wilayah kekuasaan Arya Banjar Getas sebagai vasal dari kerajaan Karangasem, sedangkan bagian barat seluruhnya dikuasai oleh kerajaan Karangasem. Kedua belah pihak melakukan pasobhaya (perjanjian tidak tertulis). Pihak Karangasem memberikan leluputan sarin tahun (tidak kena pajak apapun) keada pihak Arya Banjar Getas, dan sebaliknya Arya Banjar Getas akan setia turun tumurun kepada Raja Karangasem.
I Gusti Anglurah Ketut Karangasem (Seleparang) dengan kemenangannya pulang kembali membawa benda-benda rampasan sebagai bukti atas keberhasilannya menaklukkan Lombok. Benda-benda tersebut antara lain: Bende (semacam Gong, genderang perang Kerajaan Seleparang), lelancangan (tempat sirih) Datuk Pejanggi. Semua benda-benda tersebut dipersembahkan di Pura Bukit, selanjutnya disimpan di sana. Sebanyak 11 keluarga Sasak ikut dibawa ke Karangasem. Mereka keluarga dari Datuk Bayan, diberi tempat di kampung Anyar, sebelah timur Pura Bukit. Mereka beranak pinak sampai sekarang, diberi tugas menjaga kebersihan Pura Bukit. Pada saat pujawali Ida Bhatara Alit Sakti mereka punya kewajiban sebagai pemukul Bende dari Seleparang itu.

Migrasi Bangsawan Karangasem ke Lombok.

Untuk mengukuhkan kekuasaannya, I Gusti Anglurah Ketut Karangasem menempatkan pada parati sentananya sejak tahun 1720 sebagai berikut:
1.        Kerajaan Pegesangan, di bawah I Gusti Nyoman Anglurah Karang ( I Gusti Nyoman Agung), putera dari I Gusti Anglurah Ketut Karangasem (Seleparang), yang beribu dari treh Anglurah Sidemen.
2.        Kerajaan Kediri, dibawah I Gusti Ketut Rai, juga putera dari I Gusti Anglurah Ketut Karangasem (Seleparang).
3.        Kerajaan Pagutan, dibawah I Gusti Wayan Sidemen, putra dari I Gusti Putu Lebah di Pegesangan.
4.        Kerajaan Sengkongo, di bawah I Gusti Ketut Sidemen, juga putera dari I Gusti Putu Lebah.
5.        Kerajaan Singasari, dipimpin I Gusti Anglurah Made Karangasem, cucu dari raja Karangasem Bali (Dewata Pesaren Anyar) dari Tri Tunggal II.
6.        Kerajaan Metaram, dipimpin I Gusti Anglurah Ketut Karangasem  (Dewata Pesaren Anyar Mataram). Ia didampingi adiknya I Gusti Made Jelantik (Dewata Puri Kanginan Mataram). Mereka adalah putera dari I Gusti Anglurah Ketut Karangasem (Dewata Petandakan) dari Tri Tunggal II.
Pada waktu Puri Kanginan selesai dibangun pada tahun 1744, I Gusti Anglurah Ketut karangasem sudah wafat, tidak meninggalkan putera. Ia digantikan oleh kemenakannya putera dari I Gusti Made Jelantik yang bernama abhiseka I Gusti Anglurah Ketut Karangasem, yang dalam perang saudara pada tahun 1838 tewas di Rumak Padasan desa Perapuan.


Silahkan Berkomentar dengan Sopan !

Emoticon