Breaking News
Join This Site
NYENTANA , DOSA ATAU TIDAK ?

NYENTANA , DOSA ATAU TIDAK ?

Baca Juga


pernikahan nyentana @balinatha.com

Mungkin dari semeton ada yang pernah galau juga karena hubungan percintaannya kandas akibat keadaan dimana pria dituntut untuk nyentana oleh keluarga perempuan . 

Artikel ini tidak bermaksud membela atau mengecam kepercayaan mana yang benar dan mana yang salah tapi hanya sekedar membuka pikiran,dan memberi wawasan kepada semeton .Baik atau buruknya tergantung pribadi masing-masing dalam menyikapi.

Singkatnya Nyentana merupakan suatu Istilah yang diberikan kepada pasutri yang mana suami ikut ke pihak istri,dimana lazimnya pernikahan dibali menganut sistem kebapakan (Lelaki meminang perempuan).
Biasanya ini dilakukan karena keluarga perempuan tidak memiliki penerus laki-laki,sehingga mau tidak mau anak perempuan menarik laki-laki untuk ke  keluarga mereka istilah lainnya Paid Bangkung.

Tapi Nyentana bukan perkara yang mudah diputuskan karena Seseorang yang nyentana hendaknya mendapat persetujuan dahulu dari segenap warga dadia (soroh) dari lelaki dan perempuan, karena yang lelaki akan melepaskan hak/ kewajibannya di Sanggah lama (purusha) dan menjadi warga baru di Sanggah baru (pradana). Lelaki yang nyentana biasanya menyembah dua kawitan yaitu kawitannya yang lama dan kawitan istrinya.

Umumnya dari pihak laki-laki menolak nyentana karena :
  • Gengsi ,terutama bagi keluarga yang bisa dibilang mempunyai reputasi dan kelas sosial yg tinggi
  • Khawatir durhaka terhadap leluhur/kawitan
  • Malu sama masyarakat sekitar jika seorang lelaki dipinang seolah-olah tidak ada perempuan lain yang diajak nikah
  • Pindah sanggah tidak enak terhadap diri sendiri
Mitos yang sering didengar masyarakat terkait nyentana itu,pekarangan dan hubungan akan perlahan panes ,sehingga berujung ke perceraian.Alhasil sang pria pulang ke sanggah asal cuma bawa diri saja.

Tapi yang sebenarnya terjadi adalah : 

Nyentana memang memiliki potensi bahwa sang pria akan dikucilkan keluarganya ataupun masyarakat ,ini berlaku bagi pihak yang mengecam tradisi yang sudah ada sejak dulu ini .Khususnya di beberapa daerah di karangasem yang sangat kental akan adat istiadatnya apalagi menyinggung tentang pernikahan.
Tapi ,alangkah baiknya saran saya menikahlah dengan orang yang sekeyakinan atau setidaknya sang pasangan mau menyebrang ke kepercayaan kita khususnya penganut agama Hindu.
karena memang sudah menjadi kodrat kita untuk mengikuti apa yg tertulis di veda.

Jadi jika memang harus terpaksa pindah agama,Nyenatana atau nikah beda warna,ingatlah bahwa penyebab rumah tangga panes atau keruh itu dari diri kalian dan sifat-sifat kalian, dan kedekatan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Ingatlah Bahwa perkawinan itu bisa saja berlangsung dengan bahagia, tergantung dari bagaimana si suami-istri bisa menciptakan surga dalam kehidupan rumah tangganya. Istilah yang kurang enak itu hanyalah ungkapan dari sifat-sifat arogansi superioritas kaum lelaki. Dalam sejarah banyak sekali leluhur orang Bali yang sejak zaman dahulu mengambil langkah nyentana seperti itu. Contohnya adalah Arya Tutuan, yang distanakan di Bukit Buluh, Desa Gunaksa, Klungkung. Toh sekarang preti sentana beliau hidup bahagia sebagaimana layaknya umat Hindu. Jadi tidak ada yang salah dalam hal Nyentana. Yang penting adalah bagaimana membina kehidupan ini agar harmonis, sesuai ajaran Veda.

Salam bahagia buat kalian,semoga selalu diberkati.
OM SANTHI SANTHI SANTHI OM



Silahkan Berkomentar dengan Sopan !

Emoticon